Sunday, May 20, 2012

Menag: Di Indonesia Kini Terjadi Proses Pendangkalan Ajaran Agama


Jakarta - Menteri Agama H Suryadharma Ali menyatakan prihatin atas tayangan prihatin atas tayangan televisi yang umumnya ‘kurang mendidik’. Tayangan televisi yang sebelumnya diisi oleh para pakar Islam, seperti KH Quraish Shihab, sudah tersingkir dan kalah oleh kiai-kiai atau ustadz yang lucu-lucu. Bahkan, pada bulan Ramadhan, tayangan televisi menampilkan “badut-badut” yang menjadi banyak tertawaan orang.

“Ini jelas sudah terjadi proses pendangkalan ajaran agama yang sangat masif,” ucap Menag ketika membuka “Silaturahim Nasional dan Halaqah Kebangsaan: Penguatan Peran Kiai di Tengah Pusaran Masalah Keumatan, Keagamaan, dan Kebangsaan” yang diikuti para kiai se Indonesia di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Jumat (18/5).

Hadir Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Mejelis Silaturahim Kyai dan Pengasuh Pondok Pesantren se-Indonesia (DPP MSKP3I) yang juga Pimpinan Pondok Pesantren As-Shiddiqiyah KH Noer Muhammad Iskandar, SQ.

Menurut Menag, pada bulan Ramadhan, seharusnya stasiun televisi menyiarkan hal-hal yang dapat meningkatkan keimanan dan keagamaan. “Bulan Ramadhan adalah bulan berkah dan bulan ampunan yang seharusnya diisi dengan tadarus. Ini harus diperkuat dengan tayangan telvisi yang bernuansa Islami, bukan menampilkan ‘badut-badut’,” ucap Menag.

Menag mengharapkan tayangan televisi menampilkan nuansa Islami yang diisi oleh para pakar dan ulama sesuai bidangnya, seperti ahli tafsir, ahli hadits, ahli fiqih dan lain-lain. “Sekarang ini tayangan dakwah di televisi lebih banyak ditonton oleh umat Islam dibandingkan tabligh akbar atau ‘istighasah’ yang jumlahnya terbatas pada satu lokasi.”

Menag mengatakan, keberadaan rumah ibadah umat Islam beberapa tahun ini bertambah hanya 54 persen. Kalah besar dengan pertambahan rumah ibadah agama lain, seperti Katolik 133 persen, Protestan 153 persen, Hindu 300 persen dan Buddha 400 persen. “Jadi walaupun penduduk Indonesia ini mayoritas beragama Islam, tetapi pertumbuhan rumah ibadahnya hanya 54 persen,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Mejelis Silaturahim Kyai dan Pengasuh Pondok Pesantren se-Indonesia (DPP MSKP3I) KH Noer Muhammad Iskandar, SQ mengatakan, kiai dan pengasuh pondok pesantren mempunyai peran yang strategis tidak hanya dalam kehidupan beragama, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam kehidupan beragama, kata KH Noer, kiai dan pengasuh pesantren sebagai penerus perjuangan penyebar Islam di tanah air memiliki peran yang sangat strategis. Berkat kiprah para kiai dan pengasuh pondok pesantren tumbuh dan berkembangnya ajaran Islam ditentukan. Dalam kehidupan bermasyarakat kiai dan pengasuh pondok pesantren menjadi rujukan utama masyarakat dalam kegiatan sosial maupun perekonomian.

“Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara peran kiai dan pengasuh pondok pesantren pun diakui, sejak masa perjuangan melawan penjajah, perjuangan mencpai kemerdekaan maupun perjuangan mengisi kemerdekaan,” papar KH Noer.

Tujuan halaqah ini, kata KH Noer, kiai dan pengasuh pondok pesantren berperan aktif dan strategis dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Maksudnya, menyamakan persepsi dan pemahaman kalangan kiai dan pengasuh pondok pesantren mengenai peran dirinya dalam menghadapi berbagai tantangan di tengah kehidupan beragama, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Selain itu, menumbuhkan kesadaran kalangan kiai dan pengasuh pondok pesantren mengenai kemampuan dirinya dalam menjalankan perannya dalam berbagai aspek kehidupan nyata seperti upaya pemberantasan korupsi, deradikalisasi agama maupun dalam menyikapi munculnya berbagai aliran keagamaan. (dik)



No comments:

Post a Comment