Sunday, May 27, 2012

Menengok Kehidupan di Pulau Terluar Indonesia


Suasana Pulau Sebatik/ Rivki
Jakarta - Pulau Sebatik, sebuah pulau yang dimiliki oleh 2 negara yaitu Indonesia dan Malaysia ini ialah salah satu pulau terluar di gugusan RI. Namun, jangan anggap kehidupan di pulau ini jauh dari peradaban.

detikcom berkesempatan mengunjungi pulau Sebatik, pada Sabtu (26/5/2012) bersama Kementerian Kordinator Kesejahteraan Rakyat. Untuk mencapai pulau ini, kita harus menggunakan transportasi laut dari pulau Tarakan, dengan perjalanan sekitar 3 jam.


Banyak orang mengira, tinggal di daerah perbatasan identik dengan hal-hal primitif. Jangan salah, berbagai fasilitas yang kita rasakan di kota-kota besar seperti listrik, air bersih, siaran televisi bahkan internet sekalipun sudah tersedia di pulau berpenduduk 33 ribu jiwa ini.

Pulau yang bagian utara-nya dimiliki Malaysia ini juga memiliki fasilitas pasar swalayan disamping itu, ada juga pasar-pasar tradisional yang hadir untuk memenuhi kehidupan warga di pulau ini. Untuk keamanan pulau ini juga memiliki Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) dan Pos Pemadam Kebakaran.

Sama seperti di kota besar lainnya, jalanan mulus dengan bahan aspal sudah tersedia di sini. Walaupun dikelilingi laut, aktifitas warga di sini bukan hanya nelayan, ada rutinitas lainnya seperti berkebun hingga berdagang.

Malam hari, biasanya warga berkumpul di pusat keramaian di sebuah kecamatan yang diberi nama Sungai Nyamuk. Warung kopi ala Melayu merupakan tempat paling favorit warga di pulau ini.

Biasanya mereka berkumpul di warung kopi untuk sekedar berkumpul dengan kerabatnya ataupun menonton televisi yang disediakan pemilik warung kopi.

Di akhir pekan, biasanya warga Pulau Sebatik memanfaatkan untuk rekreasi ke pantai. Pulau yang dikelilingi Laut Kalimantan ini, memiliki banyak gugusan pantai, salah satunya Pantai Sungai Tewang yang bisa ditempuh dalam waktu 30 menit dari dermaga Sungai Nyamuk.

Kendati daerah perbatasan sering danggap daerah konflik. Namun hal itu tidak terjadi di sini. Argo, salah seorang warga Sebatik, mengatakan, kehidupannya bersama negara tetangga berlangsung harmonis.

"Kalau kita taati peraturan tidak melanggar, tidak akan ada masalah," ujar Argo saat ditemui detikcom, di pulau Sebatik.


No comments:

Post a Comment