Wednesday, May 9, 2012

Buntut Kelalaian Dalam UN, Dinas Pendidikan Provinsi Segera Dipanggil

JAKARTA - Jika ujian nasional (unas) SMP dan SMA diramaikan isu kebocoran soal, tidak demikian dengan unas SD. Khusus ujian siswa berseragam putih-merah itu, diganggu dengan kualitas naskah soal dan lembar jawaban yang jelek.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) siap memanggil dinas pendidikan provinsi terkait kelalaian ini. Ketegasan sikap pemerintah itu disampaikan oleh Direktur Pembinaan SD Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Ibrahim Bafadal kemarin.
 Dia menuturkan, pada hari kedua laporan naskah soal dan kunci jawaban yang cacat masih terus terjadi. Meskipun tidak sampai menjadi ganjalan yang signifikan, Bafadal mengatakan proses percetakan naskah unas SD/sederajat tidak boleh main-main. SOP-nya sudah ada. Termasuk standarisasinya, ujar dia.

Jajaran Kemendikbud khawatir jika kualitas nashkan unas yang buruk ini merupakan imbas dari anggaran yang disunat. Menurut Bafadal, banyaknya kecacatan pada naskah ujian ini muncul karena pemprov kurang memperhatikan ketentuan dalam SOP yang sudah ditetapkan.

Mungkin daerah itu kurang hati-hati, katanya. Sehingga, banyak kekurangan dalam naskah ujian. Celakanya, kekurangan atau kecacatan ini baru diketahui setelah naskah diterima siswa di dalam ruang ujian. Bafadal menuturkan kebijakan percetakan naskah unas SD itu memang dipasrahkan ke pemerintah provinsi. Sebelum mencetak, sudah dilakukan sosialisasi terkait standar minimal naskah soal unas. Melalui sosialisasi ini, meskipun naskah unas dicetak di setiap provinsi, tetap memiliki kualitas yang seragam.

Menyikapi banyaknya naskah unas yang cacat ini, Bafadal mengatakan akan segera menggelar rapat koordinasi dengan jajaran provinsi. Pimpinan dinas pendidikan pemprov akan dikumpulkan di Jakarta untuk membahas banyaknya naskah ujian yang cacat. Kita jadwalkan rakor ini digelar awal Juni depan, katanya. Dengan demikian, potensi naskah ujian yang cacat bisa ditekan untuk unas SD periode 2013 nanti.

Dia lantas menyebutkan beberapa kasus kecacatan naskah ujian yang muncul di hari kedua. Kasus ini diantaranya terjadi di Bantul, DIY. Di daerah ini, pemantau dari Kemendikbud menerima laporan jika lembar jawaban ternyata dicetak di kertas yang tipis. Kualitas ketebalannya jauh dari yang ditetapkan oleh SOP. Lembar jawaban dengan kertas yang tipis ini cukup merugikan siswa. Diantara kerugian itu muncul ketika siswa sering mengganti jawabannya. Jika tidak hati-hati, bisa robek dan sulit dipindai, tutur Bafadal. Akibat dari kejadian ini, pengawas ruang ujian terus mengingatkan siswa supaya hati-hati saat memperbaiki jawaban.

Selain itu, Bafadal juga menemukan peristiwa unik pada unas hari kedua kemarin. Kasus ini terjadi di kampus saya. Di Sumenep, tutur dia. Dia menuturkan, ada sepuluh siswa di salah satu SD Inpres yang mengerjakan ujian di gudang pengolahan rumput laut. Kejadian ini muncul karena tanah yang digunakan untuk mendirikan SD Inpres itu masih sengketa. Informasi yang didapat Bafadal, meskipun tanahnya sengketa dan sekolahannya disegel, pihak sekolah tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM). Tetapi ya itu tadi, KBM dijalankan di gudang rumput laut, tuturnya. Untungnya, walaupun unas digelar di gudang rumput laut bisa berjalan dengan lancar. (wan)

Sumber : http://www.jpnn.com

No comments:

Post a Comment