Friday, August 17, 2012

Warga Tionghoa Surabaya Juga Gelar Upacara Bendera

KOMPAS.com/Achmad Faizal

Warga keturunan Tionghoa di Surabaya menggelar apel bersama memperingati HUT ke-67 Kemerdekaan RI di 
pelataran Mall Pasar Atom, Surabaya, Jumat (17/8/2012).
SURABAYA -  Lebih dari 2.000 warga keturunan Tionghoa di Surabaya menggelar upacara peringatan HUT ke-67 Kemerdekaan RI ke-67, Jumat (17/8/2012).

Sejak pukul 06.00 WIB, peserta upacara bahkan sudah memenuhi lokasi upacara, yakni pelataran Mall Pasar Atom Surabaya. Sebagian besar dari mereka adalah pedagang di Pasar Atom. 

Bambang Hartono (61), salah seorang peserta asal Jalan Wonorejo III Surabaya mengaku sangat bangga dapat mengikuti upacara Hari Kemerdekaan RI.

''Meskipun saya bukan pribumi, namun saya sudah sejak kecil ada di Indonesia. Jadi Indonesia adalah tanah air saya,'' kata pria yang sudah enam kali mengikuti upacara Hari Kemerdekaan di Pasar Atom ini.

Bertindak sebagai inspektur upacara adalah Direktur Operasional Pasar Atom, Woelyadi Simson. Dalam sambutannya, Woeljadi berpesan, agar para peserta upacara mengisi kemerdekaan dengan bekerja. ''Kerja keras kita secara tidak langsung akan memajukan bangsa dalam bidang pengembangan perekonomian,'' jelasnya.

Dikatakannya, segala macam bentuk penghapusan diskriminasi golongan yang dilakukan pemerintah merupakan suntikan dan spirit tersendiri bagi warga keturunan. ''Ini fakta, bukan retorika. Penghapusan diskriminasi adalah penggerak motor nasionalisme kami sebagai warga keturunan,'' tegasnya.

Upacara Hari Kemerdekaan RI yang diprakarsai oleh Paguyuban Masyarakat Tiong Hoa Surabaya ini memang didesain meriah, lain dengan upacara di daerah lain yang terkesan sangat formal dan sederhana. Usai upacara, digelar berbagai pertunjukan seperti nyanyian dan tarian, serta lomba.

Pagi tadi, dua pertunjukan tarian yang berbeda latar belakang dikolaborasikan, yakni tarian Reog Ponorogo, dan Barongsai. Tarian itu menunjukkan bahwa kultur Tionghoa sudah menyatu dengan kultur masyarakat Jawa.

Sementara itu kelompok paduan suara dari ibu-ibu juga menyanyikan lagu Surabaya, namun dengan bahasa Mandarin. ''Ini menunjukkan betapa akrabnya kami dengan kultur Surabaya, sehingga mampu menggubah lagu berbahasa Indonesia menjadi bahasa kami,'' pungkasnya.

No comments:

Post a Comment