Thursday, August 30, 2012

Uji Kompetensi Guru di Maluku Terendah - Studi Banding Guru tak Membuahkan Hasil

Ilustrasi
Ambon - Sekolah-sekolah di Maluku akhir-akhir ini ramai melakukan studi banding. Sekolah yang paling banyak adalah di Kota Ambon.

Seperti berlomba, sekolah yang satu tak mau kalah dengan sekolah yang lain. Ada yang berstudi banding ke Pulau Jawa, bahkan ada sekolah yang sampai ke luar negeri.


Studi banding yang bertujuan meningkatkan kualitas guru bagi peningkatan mutu pendidikan di Maluku itu ternyata dilakukan hanya untuk jalan-jalan dan pem­borosan biaya. Karena kenyataannya tak membuahkan hasil.

Padahal untuk merealisasikan kegiatan ini, pihak sekolah juga meminta bantuan dari orang tua siswa dengan harapan mutu pendidikan bisa ditingkatkan.

Namun hal itu hanya isapan jempol belaka. Buktinya, hasil uji kompetensi guru tingkat nasional tahun ini, ternyata Provinsi Maluku menempati urutan paling terendah dari provinsi lain di Indonesia.

Komisi  II DPRD Kota Ambon prihatin dengan hasil uji kompetensi yang ada. “Tentunya kita sangat prihatin dengan hasil yang dicapai, di mana kita yang paling terendah, sebab Maluku juga mencakup Kota Ambon didalamnya,” sesal Ketua Komisi II DPRD Kota Ambon Ali Rahman Ohorella kepada Siwalima di Baileo Rakyat Belakang Soya, Selasa (28/8).

Ia mengungkapkan, program studi banding yang sudah dilakukan oleh sejumlah sekolah di kota ini, seharusnya memberikan perubahan bagi masa depan pendidikan di Kota Ambon. “Bukan sebaliknya ketika uji kompetensi hasil yang dicapai terendah. Itu berarti apa yang menjadi tujuan dari kegiatan itu tersebut (studi banding-red) bagi peningkatan kualitas guru hanya sia-sia belaka. Sebab peningkatan pendidikan di Kota Ambon tergantung kualitas guru dalam memberikan ilmu bagi para siswa,” ujar Ohorella.

Ia menegaskan, dengan adanya hasil uji kompetensi Maluku terendah, maka Dinas Pendidikan harus juga mengevaluasi kegiatan studi banding karena tak membuahkan hasil apa-apa terhadap peningkatan kualitas guru.

“Kalau kegiatan yang hasil tidak ada bagi peningkatan mutu dan kualitas guru dalam memajukan pendidikan di Kota Ambon, harus dievaluasi. Bila perlu di hentikan sebab tidak ada gunannya,” tegas Ketua Fraksi Partai Bintang Reformasi ini.

Parahnya lagi kata Ohorella, kalau pendanaan studi banding merupakan bantuan orang tua, perlu juga dilihat secera serius oleh Dinas Pendidikan Kota Ambon. Ia mengusulkan, dari pada kegiatan studi banding ke luar daerah yang membutuhkan begitu banyak anggaran yang terbuang, alangkah baiknya biaya tersebut dipakai untuk peningkatan kualitas dan mutu guru, seperti program yang dilakukan pemkot, yakni Ambon Pandai Matematika.

“Ini juga harus dipikirkan oleh Dinas Pendidikan Kota Ambon dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah agar kedepan ada program kerja yang lebih terfokus kepada peningkatan mutu dan kapasitas guru,” harapnya

Diberitakan sebelumnya hasil penilaian uji kompetensi guru di seluruh Indonesia pada awal tahun 2012, Maluku ternyata menduduki urutan terendah dari seluruh provinsi di Indonesia.

Hal ini diungkapkan Gubernur Maluku Karel A Ralahalu dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia Salim Kairoty, saat membuka Konferensi Kerja Provinsi (Konkerprov) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Maluku, yang berlangsung di Aula Muhammadiyah, Sabtu (19/5).

Karena itu, kata Gubernur, harus ada langkah-langkah sistematis untuk memperbaiki kualitas guru.

“Dari fakta yang terjadi, kita mesti bertindak dan melakukan evaluasi serta menyusun langkah-langkah yang sistematis dan terukur guna memperbaiki kualitas guru di Maluku, sehingga nantinya Maluku tidak lagi menduduki urutan terendah uji kompetensi di tahun-tahun mendatang,” tandas Gubernur.

Gubernur menyadari bahwa banyak faktor yang menjadi hambatan dalam pemberdayaan sumberdaya manusia guru di Maluku termasuk karateristik alam yang masih terbebani dengan infrastruktur komunikasi dan transportasi yang terbatas, menjadikan ketersediaan sarana pembelajaran tentang informasi perkembangan kondisi negara maupun perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat dan sangat terbatas.

Belum lagi, beban transportasi yang cukup tinggi menjadikan guru di daerah-daerah terpencil enggan untuk belajar hal-hal baru, akibatnya para guru terus terkurung pada sajian pembelajaran yang baku saja tanpa disertai tambahan-tambahan berita ataupun pengetahuan terbaru.

Gubernur menegaskan, guru merupakan aspek motor penggerak pendidikan yang tidak akan dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh aspek-aspek lainnya seperti ketersediaan sarana prasarana, program kerja dan perencanaan yang terarah dan terukur, dukungan anggaran dan sebagainya. (S-34)

No comments:

Post a Comment