Monday, August 6, 2012

6.179 Jiwa Mengungsi, 13 Orang Tewas

Korban Bencana Belum Disentuh Pemerintah
JUNI YUDHAWANTO/AMBON EKSPRES
Kondisi jalan di Dusun Ahuru hingga kini masih terisolasi, karena di beberapa titik 
masih tertutup longsoran tanah dan hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua 
dan pejalan kaki, Minggu (5/8). 
AMBON - Sampai kemarin, korban bencana banjir di  Kota Ambon dan Seram Bagian Barat belum disentuh oleh pemerintah. Hampir semua warga di lokasi bencana mengaku, belum menerima bantuan pemerintah.

“Kami belum menerima bantuan pemerintah. Mereka hanya datang melihat, setelah itu pergi begitu saja. Yang memberikan bantuan, hanya beberapa partai politik, swasta, dan perbankan,” kata salah satu warga yang rumahnya tersisa fondasi di lokasi IAIN Ambon ini kepada Ambon Ekspres, Sabtu (4/8).

Kondisi terparah dialami warga STAIN, dan Galala. Di STAIN ratusan warga kehilangan tempat tinggal. Rumah mereka tersapu air bah, karena rata-rata kediamannya hanya berdindingkan papan. Sementara di Galala puluhan rumah tertutup banjir, dan sampai saat ini kondisi mereka sangat memprihatinkan. 

Sabtu (4/8) anggota DPR RI asal Maluku Mirati Dewaningsih meninjau lokasi bencana di STAIN. Dia juga sempat memberikan bantuan melalu GEMA SABA. Selain itu, politisi PKB ini juga meninjau langsung kondisi masyarakat di lokasi bencana.

Hal yang sama juga dilakukan Azis Samual. Kemarin, Samual memberikan bantuan di Galala. Bantuan yang diberikan ini berupak sembako, yakni beras, gula, susu, bimoli, indomie serta air mineral. 

Semua bantuan paket yang diberikan ini untuk warga masyarakat korban banjit dan longsor. Pembagian dilakukan di empat titik, Negeri Tengah-Tengah, Negeri Galala dan Batumerah Asrama. “Hari ini kita bagi di empat titik. Esok dan seterusnya kita upayakan bagi ke warga yang belum disentuh. Pokoknya kita inginkan semua warga yang mengalami korban bisa disentuh dan dibantu,” terangnya. 

Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, mengatakan data lapangan yang telah diidentifikasi kerusakan infrastruktur umum, pemukiman penduduk, lingkungan, korban meninggal serta diikuti mobilisasi pengungsi yang sangat besar.

Terdapat 13 orang meninggal dunia khususnya Kota Ambon 10 orang dan Maluku Tengah (Malteng) 1 orang, Seram Bagian Barat (SBB) 2 orang, dan mengungsi sebanyak 2.067 KK atau 8.042 jiwa mengungsi. 

Untuk Kota Ambon pengungsi sebanyak 1.752 KK dan 6.179 jiwa mengungsi, rumah rusak total dan berat sekitar 256 unit, rusak ringan 1.593 unit. Sedangkan korban bencana yang terjadi di SBB, di Desa Luhu di dua Dusun Nasiri dan Eli Jaya terjadi banjir bandang yang menghancurkan 75 rumah rusak total, 2 orang korban meninggal. 

Di desa Talaga Ratu Kecamatan Kairatu sebanyak 170 KK atau 707 jiwa mengungsi. Kecamatan Salahutu Kabupaten Malteng 20 rumah rusak berat, 19 KK atau 109 jiwa mengungsi, dan Kecamatan Pulau Haruku rumah rusak berat 12 unit, rusak ringan 74 unit, mengungsi 20 KK atau 442 jiwa.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku telah melakukan langkah penanganan dan telah melaporkan kepada Pemerintah Pusat (Pempus) saat berada di Jakarta. Sementara langkah-langkah penanangan tanggap darurat yang telah dilakukan yakni pemberian bantuan biaya pemakaman dan uang duka bagi 10 korban yang meninggal dunia masing-masing Rp10 Juta kepada ahli warisnya, kemudian penanganan korban luka berat maupun ringan di beberapa rumah sakit dengan seluruh biaya pengobatan dan perawatan ditanggung oleh Pemprov Maluku. 

Pendirian dapur umum di lima lokasi pengungsian yakni lokasi Denzipur 5 Rumah Tiga Ambon (157 jiwa), lokasi SMP Negeri 3 Galala Ambon (1755 jiwa), lokasi kantor camat Baguala (948 jiwa), lokasi lapangan Galunggung Batumerah (1536 jiwa), dan Laka Bekangdam (3391 jiwa).

Selain itu, pendirian 15 posko kesehatan disertai dengan pendistribusian obat-obatan dan tenaga medis dianataranya Denzipur 5 Rumah Tiga, Wayari Passo, Passo Pantai, SMP Negeri 3 Galala Ambon, BTN Kanawa, Masjid Kapaha, Gereja Bukit Doa Ahuru, Batumerah Dalam, Batumerah Kepala Air, SD Negeri 1 dan 2 Tanah Tinggi, SMP Negeri 6 Tanah Tinggi, Wisma Atlit, Gereja Toraja Lampu Lima, Paldam Skip, PLN Batugajah.

Ditambahkannya, bantuan secara kontinyu permakanan dan air bersih ke dapur umum dan makanan siap saji yang sementara belum didirikan dapur umum, bantuan sandang berupa selimut, sarung dan pakaian ke pengungsi, bantuan peralatan pacul, skop dan mesin alkon untuk pembersihan rumah-rumah yang tertimpa lumpur maupun jalan umum yang tertimpa material sampah dan lumpur. 

Sementara itu, kondisi pengungsi di SMP Negeri 3 Hative Kecil cukup memprihatinkan. Meski sudah mendapat bantuan tanggap darurat berupa makanan, namun rata-rata pengungsi kesulitan untuk mendapatkan pakaian. Ini karena sebagian besar keluarga yang mengungsi, melarikan diri dengan pakaian di badan saat banjir tiba-tiba menghantam rumah mereka.

AM GPM Gatik (Galala Hative Kecil) yang melihat kondisi ini terus mengambil inisiatif untuk mengumpulkan pakaian bekas dari rumah ke rumah. ëíKondisi pengungsi sangat memprihatinkan. Untuk meringankan beban mereka, pakaian bekas merupakan bantuan yang sangat berarti,íí singkat salah satu pengurus AM GPM. (M5)

No comments:

Post a Comment