Monday, August 20, 2012

Kisah Festival "Kabuenga" Kapota, Kabupaten Wakatobi



Pada zaman dahulu kala, Kapota pernah di pimpin oleh seorang Raja, yaitu Raja Kambode. Raja tersebut mempunyai seorang putra bernama La Lili Alamu. Kehidupan keluarga mereka tentram dan bahagia.

Setelah putra raja tersebut sudah menanjak akil baligh, dia ingin sekali mempersunting seorang gadis , dan gadis yang di cintainya adalah gadis bernama Wa Siogena . Sehingga pada suatu hari, putra Raja bersujud dihadapan baginda Raja dan memberi tahukan kepada baginda Raja, agar dilamarkan seorang gadis yang benama Wa Siogena . Setelah mendengar permintaan putranya, sang Raja menjawab ,"apa !!!!!! kau minta dilamarkan Wa Siogena ???? kamu tahu atau tidak , Wa Siogena itu tidak sederajat dengan kita. Dia itu terlahir dari keluarga yang miskin, jadi dia tidak pantas untuk menjadi Permasuri anak Raja". Mendengar perkataan sang Raja, La Lili Alamu langsung mundur dan menjauhi sang Raja dengan hati yang kecewa.

Sehingga pada suatu malam, tepatnya pada malam jumat, La Lili Alamu di buai mimpi dalam tidurnya , bahwa sewaktu pergi sembahyang di sebuah surau, di dalam perjalannnya dihalang-halangi oleh bayangan seorang gadis dan La Lili Alamu bertanya pada bayangan gadis tersebut," siapa gerangan bayangan di depanku ???????(berturut-turut 3x bertanya), barulah gadis itu menjawab ," tersenyumlah hai tuanku (sebanyak 3x), niscaya akan ku beritahukan namaku, dengan spontan La Lili Alamu tersenyum (sebanyak 3x), barulah bayangan gadis tersebut memberitahukan namanya bahwa, saya ini adalah Wa Siogena, yang akan menjadi jodohnya tuan dunia akhirat".

Di pagi harinya kemudian, mimpi indah tersebut di ceritakan kepada baginda Raja, tapi Raja tetap pada pendiriannya tidak menyetujui gadis tersebut . Malahan mimpi indah putranya itu di anggap sebagai alasan belaka untuk mendapatkan Wa Siogena . Dengan kekecewaan yang sangat mendalam, anak sang baginda Raja tersebut langsung meminta izin pergi merantau, dan sang baginda Raja menyetujui permintaan Putranya tersebut demi untuk terpisah dari gadis yang terhina itu.

Di saat meninggalkan orang tuanya, La Lili Alamu hanya meninggalkan dua buah pantun.

"wa Ina ku melai komo
Kumenangkamo te matasu
Kumenangkamo te matasu 
Umpa torampe-torampesu"

Ibu aku akan pergi jauh
Ku mau ikuti mataku
Ku mau ikuti mataku
Kemanapun dia menuju

Orang tuanya menjawab :
" Atu-atu ko lumangkemo
Rodae na jandi wa Ina
Kolumangke gawu na lulu
Kombule di seba wa Ina"

Jikalau kamu berangkat
Ingat janji ibumu
Walaupun kamu pergi jauh
Kamu akan kembali ke pangkuan ibumu

Dalam perjalanan merantau ke Negeri seberang, selalu di ombang-ambingkan oleh gelombang samudera, dan bila malam telah tiba tinggalah bintang-bintang di langit yang menjadi tatapan matanya. Ingatanya pun tetap pada Putri kesayangannya Wa Siogena . Kedua insan ini ibarat bunga sudah hidup setangkai, yang tidak dapat di pisahkan lagi.


Begitulah kisah perjalanan Putra sang Raja, di dalam perantauan buah hati belahan jantung tidak dapat terlupakan dari matahari terbit sampai matahari terbenam, dan dari kutub Utara sampai kutub Selatan, Putri yang jumpainya tidak dapat mengalahkan Wa Siogena. Dan sampai akhirnya kemudian, La Lili Alamu kembali juga kepangkuan Ibunda Raja di kampung halaman.

Setibanya La Lili Alamu dari perantauan, mulailah baginda Raja berpikir bahwa Putraku ini segera akan ku tunangkan dengan dayang-dayang yang lahir dari keturunan Raja.

Dengan cara mengumpulkan semua dayang-dayang yang ada di seluruh kerajaan, dengan mengadakan sayembara pilihan jodoh, yakni membuat pesta ayunan. Kemudian memberitahukan kepada Putranya bahwa " hai Putraku kau akan segera bertunangan " Putranya menjawab " dengan siapakah gerangan Ayahanda ?????" Raja menjawab " semua dayang-dayang yang ada di Negeri ini akan di undang untuk mengikuti Sayembara pemilihan jodoh". Tapi yang ananda Pilih bukan orangnya. Melainkan sarung leja yang telah di gantung di ayunan untuk dipilih. Sarung leja tersebut adalah simbolis semua dayang-dayang yang mengikuti sayembara. Barang siapa sarungnya sudah dipilh ananda, maka itulah yang akan menjadi pemaisuri ananda."

Dengan berat hati La Lili Alamu menerima keputusan sang Raja. Tapi, keputusan tersebut tidak bisa di bantah sehingga sayembara pemilahan jodoh pun akan segera di mulai. Semua dayang-dayang yang di undang dari seluruh kerajaan sudah hadir., dan sarung lejanya sudah di gantung di Ayunan, aparat kerajaan sudah di tugaskan sesuai fungsinya masing- masing, termasuk bala tentara Kerajaan di perketat, setelah persiapan acara sayembara pemilihan jodoh sudah mantap, barulah acara pembukaan di mulai.

Sang raja mengumumkan terlebih dahulu kepada semua hadirin bahwa " pemilihan jodoh Anakku La Lili Alamu bukan memilih dayang- dayang yang hadir, tetapi akan memilih sarung leja yang di miliki oleh dayang-dayang yang sudah di gantungkan Di Ayunan dan barang siapa yang terpilih sarung lejanya , maka itulah yang akan menjadi permaisuri Anakku".

Pernyataan Raja itu sangat di harapkan oleh dayang - dayang untuk terpilh sarung lejanya. Setelah Raja selesai mengumumkannya barulah putranya di persilahkan untuk memilih sarung sarung leja yang di sukainya, maka mulailah Putra raja memilih sarung leja yang di jaga ketat oleh pengawal kerajaan..

Putar kiri putar kanan, La Lili Alamu memilh selembar sarung leja yang berkenann di hatinya. Tidak lama kemudian tercetuslah hatinya untuk mengambil selembar sarung yang tertindis dengan sarung leja yang lain. Sarung tersebut langsung diserahkan kapada baginda raja untuk di umumkan siapa pemiliknya. Kemudian, sarung leja tersebut di perlihatkan kepada dayang- dayang yang mengikuti sayembara pemilihan jodoh. Semua mata tertuju kepada sarung leja yang di pilih oleh Putranya tersebut. Tapi, tidak ada satu pun yang mengaku sebagai pemilik sarung tersebut . sehingga perasaan sang Raja menjadi geram dan berulang- ulang mengatakan " siapa pemilikya ???????"

Dengan perasaan takut dan gemetar, serta keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Wa Siogena mengancungkan tangan dan mengaku bahwa sarung tersebut adalah miliknya..

Melihat kenyataan ini sang Raja hampir tak sadarkan diri karena ternyata sarung tersebut adalah putri yang terlahir dari keluarga yang sangat terhina dan tidak sederajat dengan mereka.

Dengan berat hati, akhirnya sang Raja mengumumkan bahwa " yang akan menjadi permaisuri anakku La Lili Alamu adalah Wa Siogena".

Demikianlah kisah sebuah mimpi yang di alami La Lili Alamu menjadi kenyataan. Begitulah keberadaan sejarah KABUENGA DI NEGERI KAMBODE.

No comments:

Post a Comment