Saturday, June 2, 2012

Pendidikan Pancasila Harus Digiatkan Lagi

JAKARTA – Wakil Presiden RI, Boediono, mengatakan hari lahirnya Pancasila 1 Juni hendaknya dijadikan momentum untuk menghilangkan egoisme diri dan kelompok demi satu tujuan yakni menegakkan Bhineka Tunggal Ika. Dia mengatakan, egoisme hanya menyingkirkan kebhinekaan yang sudah terpelihara selama ini oleh bangsa Indonesia.

“Kita juga harus menolak egoisme, baik itu dalam agama, suku dan etnis. Ke depan kita harus melawan egoisme itu," ujar Boediono saat peringatan hari lahirnya Pancasila di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Jumat (1/6).
Mantan Gubernur Bank Indonesia itu menambahkan, peringatan lahirnya Pancasila itu juga hendaknya dijadikan momentum bagi bangsa Indonesia untuk melakukan evaluasi kondisi negeri sekarang ini.

Dia menilai, pentingnya bangsa Indonesia mengingat kembali sejarah pemikiran dan gagasan para pendiri bangsa terdahulu. "Peringatan hari Pancasila menjadi momentum untuk mengevaluasi keadaan bangsa sekarang ini," tegas Boediono.

Peringatah Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 2012 di Gedung MPR, Senayan, Jakarta itu dihadiri mantan Presiden B.J. Habibie, dan Megawati Soekarno Putri serta bekas Wapres Try Sutrisno, Hamzah Haz, dan Jusuf Kalla.

Keluarga mantan Presiden Soeharto dan anak-anak mantan Presiden Soekarno serta putra-putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid juga ikut dalam peringatan kelahiran Pancasila itu. Sementara Ketua MPR Taufik Kiemas tidak bisa hadir karena sakit.

Selain itu juga dihadiri tokoh masyarakat dan agama, seperti Ketua Umum PBNU, Ketua Umum PP Huhamadiyah, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia, (PGI),  dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), yang  menyampaikan butir-butir pemikiran mereka tentang Pancasila.

Ketua PGI Andreas A. Yewangoe menjelaskan Pancasila adalah sebuah ideologi terbuka yang mampu menerima nilai-nilai baru dari mana pun. “Sekaligus memfilternya guna mewujudkan civil society  atau masyarakat berkeadaban di Indonesia,” katanya.

Karenanya, Andreas mengatakan, pendidikan Pancasila tidak dalam arti indoktrinasi, perlu digiatkan lagi. “Nilai-nilai Pancasila hendaknya menjadi landasan bersikap etis dan moral di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," jelasnya.

Ketua KWI Mrg. Martinus D. Situmorang, OFM Cap  menambahkan, Pancasila dibawah Pemerintah Orde Baru telah disalahgunakan sebagai ideologi penunjang pemerintah yang tidak mau mencari legitimasi rakyat.  

Dia menegaskan, dengan alasan apapun Pancasila tidak boleh diremehkan. “Hanya atas dasar Pancasila pluralitas etnik, budaya, religius dan sosial masyarakat seluruh nusantara bersepakat mau bersatu dalam satu negara," ujarnya.

Ketua umum PBNU KH. Said Aqil Siroj mengatakan Pancasila jangan hanya dipahami secara instrumental sebagai alat pemersatu bangsa belaka tapi harus dipahami secara subtansi, sebagai sumber tata nilai yang merupakan falsafah dalam berbangsa dan bernegara. (boy/jpnn)

No comments:

Post a Comment