Friday, June 29, 2012

"Save the Children" Gelar Diskusi Panel

Ambon - Dalam rangka mendorong upaya yang sinergis antara lembaga dan aktor lokal dari tingkat sekolah, kecamatan hingga kota terhadap peningkatan kualitas pendidikan yang berkelanjutan yang ramah anak, maka, Save the Children menggelar diskusi panel tentang Peran Aktor Lokal Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan yang Berkelanjutan di Kota Ambon.

Kegiatan itu berlangsung di Amaris Hotel, Rabu (27/6), dengan menghadirkan nara sumber masing-masing Kepala Seksi Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kota Ambon, Jhon Lewaherilla; Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unpatti, Patrix Rahabav; Sekretaris Komisi II DPRD Kota Ambon, Riduan Hasan; Kepala Seksi Program dan Informasi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Maluku, M Hurulean serta Manager Program Save the Children, Lussy Margiany.

Sementara para peserta dalam diskusi ini dari kalangan praktisi dan pemerhati pendidikan baik para kepala sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, dosen, lembaga dan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan anak.

“Kami mengharapkan diskusi ini akan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang bermanfaat dari seluruh komponen terhadap peningkatan kualitas pendidikan yang berkelanjutan termasuk juga komitmen dari semua pihak untuk merealisasikannya,” ujar Manager Program Save the Children Lussy Margiany dalam sambutannya.

Dijelaskan, Save the Children menawarkan konsep Sekolah Ramah Anak (SRA) yang mendorong proses belajar mengajar yang berpusat pada anak tanpa kekerasan karena dari aspek dan manajemen, SRA menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang mengkedepankan transparansi dan akuntabilitas dengan melibatkan peran serta orang tua dan anak dalam pengembangan sekolah.

“Save the Children adalah lembaga nirlaba yang menggunakan konvensi hak anak sebagai landasan kerja dan melalui program-programnya berkomitmen untuk sebuah dunia di mana anak-anak Indonesia bebas menikmati hak mereka untuk hidup, mendapat perlindungan, tumbuh kembang dan partisipasi,” ujarnya.

Dijelaskan, Save the Children hadir di Maluku sejak tahun 2002 lalu di mana konsep SRA dilaksanakan melalui program pendidikan Sequel di tiga kabupaten/kota, yakni di Kota Ambon, Seram Bagian Barat (SBB) dan Maluku Tengah (Malteng) sejak pertengahan 2010 lalu dan akan berakhir pada bulan Juli 2012 mendatang.

Dalam pelaksanaan program ini, maka Save the Children bermitra dengan Yayasan Arika Mahina (Ambon), Yayasan Eti Batai (SBB) dan Yayasan Tut Wuri Handayani (Malteng). “Kerja sama ini juga diba­ngun dengan lembaga/instansi yang memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan serta pemantauan penyelenggaraannya seperti Dinas Pendidikan, FKIP Unpatti, LPMP Provinsi Maluku serta mendapat perhatian dan dukungan dari orang tua,” tuturnya. (S-16)




No comments:

Post a Comment