Kompas/Luki Aulia Siswa SMK Cakra Buana Depok, belajar praktik broadcasting
di sekolahnya.
|
Dunia penyiaran televisi berkembang pesat sejak awal tahun 2000. Kebutuhan akan sumber daya manusia kian tinggi, terutama untuk tenaga teknis produksi. Sebaliknya, sekolah pencetak para pekerja di ”balik layar” pada waktu itu minim, bahkan tidak ada pada jenjang pendidikan menengah.
Melihat peluang itu, tahun 2003 Yayasan Cakra Buana membuka sekolah menengah penyiaran televisi (broadcast pertelevisian) yang khusus mencetak tenaga teknis produksi. Saat itu sumber daya manusia untuk pertelevisian sebagian besar lulusan program diploma (D-3) yang belum siap pakai dan masih harus dilatih lagi.
Kebutuhan tenaga teknis tinggi mengingat jumlah stasiun TV kini lebih dari 400 stasiun nasional, lokal, dan rumah produksi serta akan terus bertambah. ”Kebutuhan industri tidak mungkin tercukupi. Apalagi nanti migrasi ke era digital. Kita butuh cepat untuk pekerja, seperti juru kamera, penata cahaya, suara, dan mastercontrol,” kata Penanggung Jawab Program SMK Broadcast Pertelevisian Cakra Buana Jimmy Silalahi, pekan lalu.
Sejak awal, sekolah ini fokus mempersiapkan tenaga-tenaga praktisi di posisi pendukung. Proses pembelajaran 70 persen praktik dan 30 persen teori dengan mata pelajaran mengarah pada teknis produksi penyiaran TV. Praktik siswa tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah atau yayasan. Siswa dilibatkan dalam proses syuting di luar sekolah, seperti pembuatan film pendek dan iklan.
”Jam terbang siswa lumayan tinggi. Prestasinya pun banyak di tingkat nasional, seperti menjadi juara pertama di festival film pendek remaja nasional, menjadi sutradara terbaik, dan animator muda terbaik. Industri banyak yang memesan lulusan kami,” kata Jimmy.
Kurikulum
Sebagai sekolah penyiaran TV pertama, belum ada panduan pembelajaran bidang itu di jenjang pendidikan menengah tahun 2003. Sekolah ini membuat kurikulum khusus berisi panduan materi penyiaran TV bersama pemerintah provinsi, daerah, perguruan tinggi, dan industri. Pemerintah kemudian menjadikan sekolah ini sebagai model. Kurikulum mereka kini menjadi kurikulum baku sekolah lain.
Kepala SMK Cakra Buana Suhartini memaparkan, sekolah juga menetapkan kebutuhan peralatan standar penyiaran. Seluruh materi mengarah pada kebutuhan penyiaran, antara lain, teknik penyutradaraan, produksi, pengeditan, tata suara, tata cahaya, videografi, fotografi, animasi 3D, dan animasi 2D. ”Siswa kelas X sudah bisa menulis skenario dan memproduksi film,” kata Suhartini.
Menurut Jimmy, kurikulum selalu diperbaiki dan diperbarui, sesuai dengan kebutuhan industri dan dinamika teknologi penyiaran. Proses pembelajaran langsung dari sumber, yakni praktisi industri penyiaran.
Selain memanfaatkan praktisi sebagai guru, siswa juga menjalani praktik kerja industri selama 2,5 bulan-3 bulan di stasiun TV, rumah produksi, atau biro iklan. Tahap ini penting untuk menjembatani keterbatasan fasilitas peralatan produksi di sekolah. Karena telah mempelajari dasar pengoperasian peralatan dengan peralatan standar di sekolah, mudah bagi siswa beradaptasi dengan peralatan penyiaran yang lebih canggih di industri. ”Selama magang, siswa dimatangkan dengan praktik langsung,” kata Suhartini.
Siswa disiapkan menghadapi perkembangan teknologi penyiaran digital. Hal ini, menurut Jimmy, agar SDM tidak gagap teknologi di masa mendatang.
Anggap remeh
Jimmy menyatakan, profesi pendukung tidak bisa dianggap remeh. Produksi apa pun di dunia penyiaran tentu membutuhkan tenaga-tenaga seperti ini. Untuk memastikan kesiapan siswa untuk terjun ke dunia penyiaran, sejak proses seleksi, siswa diberi gambaran profesi yang akan dijalani.
Karena menekankan pada kualitas, setiap tahun sekolah hanya membuka 2-3 kelas dengan jumlah siswa 25-30 orang per kelas. Jumlah siswa tahun ini 72 orang di kelas X-XII. ”Selain bekerja di stasiun TV, rumah produksi, dan biro iklan, banyak lulusan yang melanjutkan kuliah,” kata Jimmy.
Yang menjadikan lulusan sekolah ini berbeda dengan sekolah lain, kata Suhartini, siswa memiliki etika moral dan berbudaya. Para guru memberikan pemahaman etika moral dan budaya dalam menjalankan profesi. Siswa selalu diingatkan agar jangan hanya membuat film atau program acara yang bagus, melainkan juga baik etika moral. ”Isinya harus diperhatikan. Tak boleh berisi kekerasan,” ujarnya.
Bagi Ketua Dewan Pembina Yayasan Cakra Buana (penyelenggara sekolah swasta TK, SD, SMP, SMA, dan SMK Broadcast Pertelevisian) serta Yayasan Pendidikan Bintara (SMP dan SMA) Siti Nurul, sekolah ini tak semata-mata mencetak tenaga teknis produksi siap pakai, tetapi juga SDM berkarakter baik dan berpegang pada akar budaya bangsa. Pembinaan karakter ini tidak dilakukan melalui mata pelajaran khusus, tetapi disampaikan melalui perilaku sehari-hari para guru. ”Sesuai nama Cakra (senjata Kresna) Buana (dunia). Pendidikan menjadi senjata untuk menata dunia,” ujarnya.
Dengan pepohonan yang rindang ditambah alunan suara musik gamelan yang dimainkan para siswa di joglo, lingkungan sekolah terasa adem ayem. Setiap siswa mulai dari TK hingga SMA/SMK harus bisa menguasai gamelan dan degung.
Memasuki sekolah dengan luas lahan sekitar lima hektar itu terasa seperti berada di lingkungan Keraton Surakarta dan Yogyakarta karena desain khas keraton dengan pintu berwarna hijau tua. Setelah melewati gapura bergaya Cirebon, akan ditemui joglo kebudayaan lengkap dengan alat-alat musik tradisional gamelan dan degung.
”Kenapa harus membuat sekolah seperti di luar negeri. Karya akar budaya kita luar biasa, kenapa kita tidak bangga pada kekayaan kita. Ini bagian dari pendidikan budi pekerti. Saya tidak ingin sekolah ini menjadi sekolah robotik yang mementingkan aspek kognitif karena semua anak pandai dan istimewa,” kata Siti Nurul.
Pendidikan karakter dari guru dan lingkungan sekolah yang positif mengembangkan potensi siswa diyakini mampu menciptakan SDM berkarakter yang siap menghadapi tantangan zaman.
Sumber : http://edukasi.kompas.com
Sumber : http://edukasi.kompas.com
Kami dari PH. Layar Kaca Komunikatama. Beralamat di jalan Pondok Kelapa XI blok F8 No. 10 JKTM. Membuka kesempatan kerja kepada alumni terbaik SMK untuk bekerja sebagai editor dan disaign grafis. Persyaratan umum; berakhlak baik. Memiliki integritas, loyalitas dan dedikasi. Persyaratan khusus ; Mampu mengoperasikan adobe premire, photoshop, corel draw, vegas. Kirim cv lengkapnya ke layarkacainvestama@ymail.com
ReplyDeleteTerimakasih.