Saturday, July 28, 2012

Nur Chabibur Rohim, Putra Buruh Tani dengan Segudang Prestasi

Puji Utami
Nur Chabibur Rohim (18) siswa SMK N 1 Tengaran Kabupaten 
Semarang yang mewakili Indonesia di ajang International Exhibition 
for Young Inventors (IEIY) 2012 di Bangkok Thailand dan berhasil 
meraih penghargaan Spesial Award dengan karya Jarimatika yang 
dibuat bersama rekannya Muhammad Asrori dan Risang Yogardi.
 "Nur mengaku tidak berasal dari keluarga berada. Ibunya hanya buruh tani dan bekerja sebagai penambal kayu triplek di pabrik kecil sekitar rumahnya untuk membiayai sekolah Nur di SMK." 
SEMARANG – Keterbatasan bukan alasan untuk tidak berprestasi. Nur Chabibur Rohim menjaga semangat untuk maju demi membahagiakan dan membalas kerja keras ibunya yang seorang buruh tani demi membiayai pendidikan anaknya....

Nur Chabibur Rohim adalah satu dari tiga siswa SMK Negeri I Tengaran Kabupaten Semarang yang karyanya berhasil menyabet penghargaan Spesial Award pada ajang International Exhibition for Young Inventors (IEIY) 2012, di Bangkok, Thailand. Remaja sederhana yang hobi mengotak-atik komputer ini tidak pernah menyangka bisa menginjakkan kaki di luar negeri karena karya yang dibuat bersama dua rekannya, Muhammad Asrori dan Risang Yogardi.

Karyanya ini berawal dari kepekaan Nur menangkap fenomena banyaknya siswa SD yang sudah menggunakan ponsel. Perangkat elektronik ini hanya digunakan untuk game yang bersifat hiburan semata dan minim unsur mendidiknya. Oleh karena itu, Nur dan rekan-rekannya terinspirasi menghasilkan karya yang diberinama ‘Jarimatika’. Karya ini juga terinspirasi dari metode pembelajaran Matematika menggunakan jari yang juga disebut jarimatika. Ide tersebut dipadukan dengan teknologi sehingga menghasilkan karya jarimatika yang diaplikasikan pada game ponsel.

Membuat bangga orang tua

Anak bungsu dari pasangan Khuzaimah dan Daryoko ini mengaku tidak berasal dari keluarga berada. Ibunya yang hanya buruh tani dan bekerja sebagai penambal kayu triplek di pabrik kecil sekitar rumahnya ini harus bekerja keras membiayai sekolah Nur di SMK. 

“Saya tidak ingin menuntut banyak sama ibu, karena Beliau sekarang sendirian mengurus saya sesudah berpisah lama dari bapak,” kata Nur. 

Jika mengingat kondisi rumah dan orangtuanya, Nur memang mengaku sedih. Namun, hal itu ia kesampingkan demi belajar dan berprestasi untuk membanggakan ibundanya. 

“Kalau dirumah kadang ingat masalah rumah, kalau pas di sekolah ya enggak. Tapi biasanya saya sibukkan dengan mengotak-atik komputer atau belajar saja. Saya yakin kalau ada kemauan pasti diberi jalan, jadi adanya masalah dirumah tidak menghalangi saya untuk belajar,”katanya. 

Kuliah dan bisa bekerja di perusahaan IT ternama menjadi cita-cita yang akan terus diwujudkannya. Namun, ia mengaku tidak akan memaksakan jika memang tidak memiliki biaya. 

Nur mengungkapkan, selama ini ibu menjadi tulang punggung dan tumpuan hidup keluarganya. Kakak sulungnya tidak lulus SD dan hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Sementara, kakak keduanya sudah meninggal dunia. Maka, Nur pun menjadi satu-satunya di keluarga yang mengenyam pendidikan hingga tingkat menengah atas. 

“Kalau ada biaya ya kuliah, kalau tidak ya bekerja. Sampai SMK saja saya sudah senang dan kalaupun mendapatkan beasiswa, saya juga harus memikirkan uang untuk hidup sehari-harinya. Yang penting sekarang saya tetap fokus dan berusaha mewujudkan cita-cita untuk kuliah di Fakultas Teknik UGM,” kata remaja kelahiran 21 Februari 1994 ini. 

Tertarik komputer 

Ia bercerita mengenal komputer sejak duduk di bangku SMP Negeri 2 Tengaran. Sejak itu, Nur mengaku sangat suka mengotak-atik komputer, berkreasi, dan menekuni bidang engineering dan desain web. Karena tidak mampu membeli komputer, akhirnya ia meminjam komputer milik teman kakaknya yang tidak digunakan untuk dipakai saat di rumah. Di sekolah, ia mengaku senang karena ada banyak fasilitas yang bisa digunakan untuknya belajar.   

Ketika duduk di kelas 11 SMK, prestasi gemilang yang ditorehkan Nur bisa meringankan beban ibunya dengan mendapatkan beasiswa sekolah karena berhasil meraih juara tiga pada ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tingkat Provinsi Jawa Tengah. 

Tak lupa, Nur menyampaikan apresiasinya atas bimbingan guru yang mendampingi ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR), Hartati. 

“Sejak Beliau pindah ke sekolah kami, mulailah ada KIR dan saya bergabung di situ. Sejak itu pula saya banyak belajar tentang teknologi yang bisa diaplikasikan dan membantu kehidupan manusia. Saya masih ingin banyak memunculkan ide-ide berguna terutama yang berhubungan dengan komputer dan sejenisnya,” kata Nur. 

No comments:

Post a Comment