Ambon - Sedikitnya 12 orang sudah diperiksa terkait kasus bentrokan antara pembawa obor dan penonton arak-arakan obor perjuangan Pattimura di persimpangan Jalan Rijali dan Tulukabessy, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Selasa (15/5).
“Kita sudah periksa 12 orang dan kemungkinan akan bertambah karena tim gabungan masih bekerja,” jelas Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, AKBP Suharwiyono kepada Siwalima di Ambon, Jumat (18/5).
Dikatakan, pemeriksaan terhadap saksi-saksi itu berasal dari penonton dan pembawa obor, namun sejauh ini dari keterangan yang diberikan tersebut belum mengarah kepada tersangka.
“Memang belum mengarah kepada tersangka karena tim masih bekerja. Masyarakat juga harus membantu polisi agar cepat selesai dan kasusnya dapat terungkap,” katanya.
Menurut Suharwiyono, penyelidikan kasus bentorakan 15 Mei satu paket dengan peledakan bom terjadi saat itu juga.
“Untuk kasus peledakan bom kita masih bekerja. Yang jelas satu paket dengan bentrokan 15 Mei,” ujarnya.
Untuk diketahui, bentrokan berdarah yang terjadi saat arak-arakan obor perjuangan Pattimura diduga kuat sudah dirancang oknum-oknum tertentu. Kendati demikian, pihak kepolisian terkesan lambat akibat tidak tanggap terhadap kemungkinan terburuk yang bakal terjadi.
Bentrokan tersebut berawal saat arak-arakan obor perjuangan Pattimura yang dibawa pemuda dari Desa Batu Merah melewati kawasan persimpangan Jalan Rijali dan Tulukabessy, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, pada pukul 05.10 WIT.
Informasi yang dihimpun Siwalima di Tempat Kejadian Perkara (TKP) terungkap saat tiba di lokasi tersebut ternyata ada pemuda Desa Batu Merah yang melakukan aksi sumburan api dari obor yang dibawanya. Ternyata warga yang sementara menonton di tepi jalan tersebut juga terkena sumburan api, sehingga terjadi adu mulut. Perdebatan tersebut akhirnya berkembang menjadi saling lempar obor maupun batu.
Situasi akhirnya semakin tak terkendali. Tiga orang pembawa obor pun kabur. Entah kemana mereka bertiga melarikan obor tersebut, padahal telah ditunggu oleh peserta upacara peringatan Hari Pattimura ke-195 yang dipusatkan di Pattimura Park.
Sementara kronologis versi Polda Maluku menyebutkan bentrokan tersebut terjadi saat obor perjuangan Pattimura yang sementara berada di tangan pemuda Batu Merah hendak dibawa menuju Pattimura Park. Namun tiba-tiba warga dari kawasan Mardika menghadang dan meminta pemuda Batu Merah menyerahkan obor tersebut kepada pemuda Mardika guna dibawa.
Permintaan tersebut ditolak oleh warga Batu Merah dengan alasan Mardika bukan merupakan desa adat sehingga tidak berhak membawa obor tersebut. Adu mulut pun terjadi hingga berujung dengan aksi pelemparan batu antar warga yang berada di TKP.
Sementara itu, usai rapat koordinasi yang berlangsung di Kantor Gubernur Maluku, Selasa (15/5), Kapolda Maluku Brigjen Polisi Syarief Gunawan mengaku, sebelumnya pihaknya sudah mendapat informasi akan terjadi gangguan keamanan di Galala.
Informasi tersebut ditindaklanjuti dengan digesernya personel ke kawasan tersebut, sehingga otomatis perbatasan Batu Merah-Mardika yang merupakan titik rawan jumlah personil ikut berkurang.
“Memang kami menerima informasi di Galala akan terjadi gangguan keamanan sehingga personel kami geser ke sana. Pada saat aparat kita bergeser itulah timbul peristiwa berdarah tersebut,” ungkapnya.
Dikatakan, pengamanan arak-arakan obor perjuangan Pattimura melibatkan sebanyak 650 personel gabungan TNI dan Polri.
Ia juga menyesalkan prosesi arak-arakan yang berlebihan dengan disertai akrobatik nyala api yang disumbur peserta arak-arakan.
“Terlalu berlebihan sehingga jatuh korban. Bisa saja akibat kemampuan akrobat yang disertai sumburan nyala api itu mengena warga dan terpancing emosi. Seharusnya pawai Obor Pattimura itu dilakukan dengan hikmat karena Pattimura merupakan pahlawan yang harus dihormati,” katanya.
Terkait dengan lemparan bahan peledak yang menyerupai bom, mantan Wakil Kepala Brimob Polri ini sudah membentuk tim mengusut peledakan bom di perbatasan kawasan Batu Merah-Mardika tersebut.
“Saya sudah membentuk tim untuk mengungkap pelaku pelemparan bahan peledak yang menyerupai bom. Mudah-mudahan secepatnya diungkap. Masyarakat diminta berdoa dan membantu polisi juga,” harapnya.
Sementara itu, bentrokan memakan korban sebanyak 49 orang luka-luka, tiga unit rumah dan 10 unit sepeda motor juga ikut terbakar.
Data yang dihimpun Siwalima dari Humas Polda Maluku dan sejumlah rumah sakit di Kota Ambon menyebutkan, sebanyak 49 orang luka-luka termasuk ada juga yang sudah memilih pulang ke rumah.
Sedangkan tiga unit rumah yang terbakar di kawasan Mardika itu milik keluarga Picaully, Berhitu dan Maruanaya. 10 Unit sepeda motor yang terbakar tersebar di Batu Merah (lima unit) dan di kawasan Mardika (lima unit).
Direktur Rumah Sakit (RS) Sumber Hidup, HJ Huliselan menjelaskan, rumah sakit yang dipimpinnya itu awalnya didatangi sebanyak 44 korban. Dari jumlah itu, 6 orang rawat nginap di Sumber Hidup, sisanya dirujuk ke RSUD Haulussy Kudamati Ambon dan ada yang memilih pulang setelah mendapat perawatan intensif. “Jumlah awal itu 44 orang, yang tinggal rawat nginap 6 orang, sisanya dirujuk ke RSUD. Baik yang dirujuk maupun yang pulang ke rumah itu sebelumnya kita sudah berobat dan melakukan observasi selama satu jam,” jelasnya.
Menurut Huliselan, puluhan korban luka-luka itu akibat terkena serpihan bom, panah wayer dan luka bakar. Para korban itu diantaranya, Vicktor Makatita, Alfret Titalessy, Michael Muskita, Hendra Latuperissa, Marsel Taberima dan Lekry Rusli.
Sedangkan di RS Bhakti Rahayu terdapat 11 orang, 4 orang sudah pulang ke rumah setelah mendapat perawatan intensif. Para korban diantaranya Gilbert Wattimena, Gidieon Akihary, Jovan Hendrik, Rudy Manuputy, Rein Louhena, Deni Telehala, Joni Horhoru, Valen, Anyong K, Samy Salampessy dan Nexon Weno.
RSUD Haulussy diantaranya, Hendrik Frans, Yan Muriani, Brian Huliselan, Jemy Siahaya, Yeni Sapulette, Yulius Kakisina, Firno Luhukay, Naldo Tuankotta, Novendra Huli, Frangky Ruhulesin, Eswal Tentua, Yongky Talakua, Rence, Meriam Berhitu, Mariada Tahalele, Falen Lekatompessy, Kace Weridity, Faitan Kalede, Samual Souhoka, Elif Leimeheriwa, Januari Hendriks Bob Patty dan D Loupatty.
Para Korban di RS Al-Fatah, yakni Aris Fadila, Ely, Firman Bombay, Odel, Hamdan Tanase, Firman Tukoway dan Udin. Sedangkan di RS Tentara, Frangky Tuanakota. (S-32)
“Kita sudah periksa 12 orang dan kemungkinan akan bertambah karena tim gabungan masih bekerja,” jelas Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, AKBP Suharwiyono kepada Siwalima di Ambon, Jumat (18/5).
Dikatakan, pemeriksaan terhadap saksi-saksi itu berasal dari penonton dan pembawa obor, namun sejauh ini dari keterangan yang diberikan tersebut belum mengarah kepada tersangka.
“Memang belum mengarah kepada tersangka karena tim masih bekerja. Masyarakat juga harus membantu polisi agar cepat selesai dan kasusnya dapat terungkap,” katanya.
Menurut Suharwiyono, penyelidikan kasus bentorakan 15 Mei satu paket dengan peledakan bom terjadi saat itu juga.
“Untuk kasus peledakan bom kita masih bekerja. Yang jelas satu paket dengan bentrokan 15 Mei,” ujarnya.
Untuk diketahui, bentrokan berdarah yang terjadi saat arak-arakan obor perjuangan Pattimura diduga kuat sudah dirancang oknum-oknum tertentu. Kendati demikian, pihak kepolisian terkesan lambat akibat tidak tanggap terhadap kemungkinan terburuk yang bakal terjadi.
Bentrokan tersebut berawal saat arak-arakan obor perjuangan Pattimura yang dibawa pemuda dari Desa Batu Merah melewati kawasan persimpangan Jalan Rijali dan Tulukabessy, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, pada pukul 05.10 WIT.
Informasi yang dihimpun Siwalima di Tempat Kejadian Perkara (TKP) terungkap saat tiba di lokasi tersebut ternyata ada pemuda Desa Batu Merah yang melakukan aksi sumburan api dari obor yang dibawanya. Ternyata warga yang sementara menonton di tepi jalan tersebut juga terkena sumburan api, sehingga terjadi adu mulut. Perdebatan tersebut akhirnya berkembang menjadi saling lempar obor maupun batu.
Situasi akhirnya semakin tak terkendali. Tiga orang pembawa obor pun kabur. Entah kemana mereka bertiga melarikan obor tersebut, padahal telah ditunggu oleh peserta upacara peringatan Hari Pattimura ke-195 yang dipusatkan di Pattimura Park.
Sementara kronologis versi Polda Maluku menyebutkan bentrokan tersebut terjadi saat obor perjuangan Pattimura yang sementara berada di tangan pemuda Batu Merah hendak dibawa menuju Pattimura Park. Namun tiba-tiba warga dari kawasan Mardika menghadang dan meminta pemuda Batu Merah menyerahkan obor tersebut kepada pemuda Mardika guna dibawa.
Permintaan tersebut ditolak oleh warga Batu Merah dengan alasan Mardika bukan merupakan desa adat sehingga tidak berhak membawa obor tersebut. Adu mulut pun terjadi hingga berujung dengan aksi pelemparan batu antar warga yang berada di TKP.
Sementara itu, usai rapat koordinasi yang berlangsung di Kantor Gubernur Maluku, Selasa (15/5), Kapolda Maluku Brigjen Polisi Syarief Gunawan mengaku, sebelumnya pihaknya sudah mendapat informasi akan terjadi gangguan keamanan di Galala.
Informasi tersebut ditindaklanjuti dengan digesernya personel ke kawasan tersebut, sehingga otomatis perbatasan Batu Merah-Mardika yang merupakan titik rawan jumlah personil ikut berkurang.
“Memang kami menerima informasi di Galala akan terjadi gangguan keamanan sehingga personel kami geser ke sana. Pada saat aparat kita bergeser itulah timbul peristiwa berdarah tersebut,” ungkapnya.
Dikatakan, pengamanan arak-arakan obor perjuangan Pattimura melibatkan sebanyak 650 personel gabungan TNI dan Polri.
Ia juga menyesalkan prosesi arak-arakan yang berlebihan dengan disertai akrobatik nyala api yang disumbur peserta arak-arakan.
“Terlalu berlebihan sehingga jatuh korban. Bisa saja akibat kemampuan akrobat yang disertai sumburan nyala api itu mengena warga dan terpancing emosi. Seharusnya pawai Obor Pattimura itu dilakukan dengan hikmat karena Pattimura merupakan pahlawan yang harus dihormati,” katanya.
Terkait dengan lemparan bahan peledak yang menyerupai bom, mantan Wakil Kepala Brimob Polri ini sudah membentuk tim mengusut peledakan bom di perbatasan kawasan Batu Merah-Mardika tersebut.
“Saya sudah membentuk tim untuk mengungkap pelaku pelemparan bahan peledak yang menyerupai bom. Mudah-mudahan secepatnya diungkap. Masyarakat diminta berdoa dan membantu polisi juga,” harapnya.
Sementara itu, bentrokan memakan korban sebanyak 49 orang luka-luka, tiga unit rumah dan 10 unit sepeda motor juga ikut terbakar.
Data yang dihimpun Siwalima dari Humas Polda Maluku dan sejumlah rumah sakit di Kota Ambon menyebutkan, sebanyak 49 orang luka-luka termasuk ada juga yang sudah memilih pulang ke rumah.
Sedangkan tiga unit rumah yang terbakar di kawasan Mardika itu milik keluarga Picaully, Berhitu dan Maruanaya. 10 Unit sepeda motor yang terbakar tersebar di Batu Merah (lima unit) dan di kawasan Mardika (lima unit).
Direktur Rumah Sakit (RS) Sumber Hidup, HJ Huliselan menjelaskan, rumah sakit yang dipimpinnya itu awalnya didatangi sebanyak 44 korban. Dari jumlah itu, 6 orang rawat nginap di Sumber Hidup, sisanya dirujuk ke RSUD Haulussy Kudamati Ambon dan ada yang memilih pulang setelah mendapat perawatan intensif. “Jumlah awal itu 44 orang, yang tinggal rawat nginap 6 orang, sisanya dirujuk ke RSUD. Baik yang dirujuk maupun yang pulang ke rumah itu sebelumnya kita sudah berobat dan melakukan observasi selama satu jam,” jelasnya.
Menurut Huliselan, puluhan korban luka-luka itu akibat terkena serpihan bom, panah wayer dan luka bakar. Para korban itu diantaranya, Vicktor Makatita, Alfret Titalessy, Michael Muskita, Hendra Latuperissa, Marsel Taberima dan Lekry Rusli.
Sedangkan di RS Bhakti Rahayu terdapat 11 orang, 4 orang sudah pulang ke rumah setelah mendapat perawatan intensif. Para korban diantaranya Gilbert Wattimena, Gidieon Akihary, Jovan Hendrik, Rudy Manuputy, Rein Louhena, Deni Telehala, Joni Horhoru, Valen, Anyong K, Samy Salampessy dan Nexon Weno.
RSUD Haulussy diantaranya, Hendrik Frans, Yan Muriani, Brian Huliselan, Jemy Siahaya, Yeni Sapulette, Yulius Kakisina, Firno Luhukay, Naldo Tuankotta, Novendra Huli, Frangky Ruhulesin, Eswal Tentua, Yongky Talakua, Rence, Meriam Berhitu, Mariada Tahalele, Falen Lekatompessy, Kace Weridity, Faitan Kalede, Samual Souhoka, Elif Leimeheriwa, Januari Hendriks Bob Patty dan D Loupatty.
Para Korban di RS Al-Fatah, yakni Aris Fadila, Ely, Firman Bombay, Odel, Hamdan Tanase, Firman Tukoway dan Udin. Sedangkan di RS Tentara, Frangky Tuanakota. (S-32)
Sumber : http://siwalimanews.com
No comments:
Post a Comment