"... kunang-kunang di sini sangat banyak. Pasti menarik bagi wisatawan..."
Biak Numfor, Papua - Waktu kecil, ada lagu berkisah tentang kunang-kunang, serangga kecil memancarkan cahaya indah di malam gelap. Di Jakarta, kunang-kunang telah punah, namun Dinas Pariwisata dan Kebudaan Kabupaten Biak Numfor, Papua, justru mengandalkan serangga ini jadi unggulannya.
Desa Wouna, di Distrik Yawosi (sekitar 25 kilometer dari Biak), dicanangkan jadi destinasi wisata kunang-kunang (insekta familia Lamprydae) pada malam hari. Warna sinar kunang-kunang ada dua jenis, kekuningan atau kemerahan, dengan gerak yang tidak setangkas tawon.
Desa Wouna, di Distrik Yawosi (sekitar 25 kilometer dari Biak), dicanangkan jadi destinasi wisata kunang-kunang (insekta familia Lamprydae) pada malam hari. Warna sinar kunang-kunang ada dua jenis, kekuningan atau kemerahan, dengan gerak yang tidak setangkas tawon.
Gerakan yang cukup lambat dan sifat kunang-kunang yang suka hinggap, sangat mengasikkan untuk dilihat...
"Populasi kunang-kunang di sini sangat banyak. Pasti menarik bagi wisatawan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Biak, Andris Kafiar, di Biak, Sabtu.
Ia mengakui, melihat kerumunan kunang-kunang pada malam hari akan semakin sempurna jika dipadukan ddengan kemasan paket wisata yang baik. Kunang-kunang merupakan serangga malam yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan.
Semisal dari Jakarta; menuju Biak Numfor bisa melalui rute penerbangan Jakarta-Makassar-Manado-Biak, atau Jakarta-Surabaya-Manado-Biak. Lama penerbangan sekitar 6,5 jam dengan dua kali singgah.
Lengkaplah kemudian lirik lagu Kunang-kunang itu... "Kunang-kunang hendak ke mana...." (*)
Sumber : http://www.antaranews.com
No comments:
Post a Comment