Ambon - Hasil penilaian uji kompetensi guru di seluruh Indonesia pada awal tahun 2012, Maluku ternyata menduduki urutan terendah dari seluruh provinsi di Indonesia.
Hal ini diungkapkan Gubernur Maluku, Karel A Ralahalu dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia, Salim Kairoty, saat membuka Konferensi Kerja Provinsi (Konkerprov) PGRI Maluku, yang berlangsung di Aula Muhammadiyah, Sabtu (19/5).
Karena itu, kata Gubernur, harus ada langkah-langkah sistematis untuk memperbaiki kualitas guru.
“Dari fakta yang terjadi, kita mesti bertindak dan melakukan evaluasi serta menyusun langkah-langkah yang sistematis dan terukur guna memperbaiki kualitas guru di Maluku, sehingga nantinya Maluku tidak lagi menduduki urutan terendah uji kompetensi di tahun-tahun mendatang,” tandas Gubernur.
Gubernur menyadari bahwa banyak faktor yang menjadi hambatan dalam pemberdayaan sumber daya manusia guru di Maluku termasuk karateristik alam yang masih terbebani dengan infrastruktur komunikasi dan transportasi yang terbatas, menjadikan ketersediaan sarana pembelajaran tentang informasi perkembangan kondisi negara maupun perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat dan sangat terbatas.
Belum lagi, beban transportasi yang cukup tinggi menjadikan guru di daerah-daerah terpencil enggan untuk belajar hal-hal baru, akibatnya para guru terus terkurung pada sajian pembelajaran yang baku saja tanpa disertai tambahan-tambahan berita ataupun pengetahuan terbaru.
“Saya mau ingatkan kepada para guru, alasan-alasan tersebut memang benar adanya, tetapi jangan dijadikan sebagai alat pembenaran agar kita tetap statis atau bahkan malas melakukan pemberdayaan potensi diri,” ujar Gubernur.
Gubernur menegaskan, guru merupakan aspek motor penggerak pendidikan yang tidak akan dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh aspek-aspek lainnya seperti ketersediaan sarana prasarana, program kerja dan perencanaan yang terarah dan terukur, dukungan anggaran dan sebagainya.
Hal inilah yang mesti disikapi secara bijak oleh Pengurus PGRI melalui konfrensi kerja ini karena lembaga ini merupakan lembaga yang tepat untuk memperbicangkannya.
Sekjen PGRI Prihatin
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PGRI, H Sahiri Hermawan prihatin dengan hasil uji kompetensi guru yang menempatkan Maluku pada peringkat terendah dari semua provinsi di Indonesia.
“Saya merasa prihatin dengan kondisi tersebut dan kami dari Pengurus Besar (PB) PGRI sudah menduga jika banyak guru yang berusia lanjut pastinya mengalami kegagalan dalam uji kompetensi ini,” ungkap Hermawan kepada wartawan, usai membuka Konkerprov PGRI Maluku.
Sejak awal, lanjut Hermawan, PB PGRI sejak awal tidak menyetujui adanya uji kompetensi tersebut. Mestinya sebelum uji kompetensi dilakukan, harus dilakukan pelatihan bagi para guru.
“Kita telah mengusulkan agar sejak awal dilakukan pendidikan pelatihan dan setelah itu dilakukan uji kompetensi sehingga nantinya mendapatkan hasil yang lebih maksimal, sebab jika diuji sebelum dilatih, maka secara akademik tidak proporsional dan itu salah satu cara untuk mengeksekusi guru supaya banyak yang tidak lulus dalam uji kompetensi tersebut,” tandasnya.
“Saya juga baru tahu jika Maluku menempati urutan terbawah di seluruh Indonesia, sehingga kami akan terus bekerja bukan hanya untuk Maluku, tetapi untuk provinsi lain yang mengalami kegagalan seperti ini,” tambahnya. (S-16)
Sumber : http://siwalimanews.com
Saya menyadari dan sekaligus katakan AMIN jika Guru-guru Maluku rendah kompetensinya. Hal ini terlihat dari Output siswanya juga. Jika siswa di daerahnya ranking tertinggi, saat ia pindah ke luar provinsi ternyata urutan rankingnya juga berubah di bawah siswa yang biasa-biasa saja. Saya pernah bertugas di salah satu SMA Negeri di Maluku Utara tahun 1990-an dan pernah bertemu dengan Staf Ahli UNESCO perwakilan Indonesia,saat sharring dengan beliau di salah satu Hotel di Tobelo. Menurut beliau, guru-guru di Maluku kurang suka membaca dan tingkat self dicipline-nya rendah. Tak percaya? Buktikan.
ReplyDeleteAh, yang benar aja Bung !.....aku juga guru di Maluku walau asalku dari Jawa. Aku tetap disiplin dan penuh tanggungjawab. Tidak semua to ? ....kenalan yuk ? siapa sih lu ? torang ... Sule.
DeleteOk lah jika Sdr SuLe tak percaya, coba amati atau ambil sampel acak 100 orang guru atau siswa. Baik di daerah kota maupun di daerah kecamatan,kegiatan apa yang ia biasa lakukan saat ada waktu senggang? Bacaan apa yang ia miliki atau baca saat ia mengisi waktu kosong? atau amati pula tingkat disiplin diri pada hal-hal yang terkait dengan peningkatan mutu diri.
DeleteAku, Christine S. pernah jadi guru Matematika SMA. Saat ini bekerja di salah satu perwakilan Unesco di Jakarta.
Thank,s bagi kalian berdua yang telah masuk dan memberikan koment pada blogku. Untuk diketahui saya juga seorang guru dan mengajar di salah satu MI di kota Ambon, Apa yang saudara sule katakan itu ada benarx jg untuk dirinya dan sebagian kecil guru di Maluku (wilayah perkotaan), tapi untuk wilayah-wilayah terpencil itu jauh dari harapan. Bagaimana mereka mau membaca bahan bacaanpun hampir tak ada, ingat wilayah maluku dikenal dengan sebutan propinsi 100 pulau jd antara 1 pulau dengan pulau lainnya dibatasi laut. Realitas sj nih di kota Ambon toko buku mungkin tak lebih dari 10, membaca lewat online hanya tersedia 3 operator seluler, sinyal HP saja untuk pulau Ambon ada sebagian desa yg hanya mengandalkan 1 operator. Jd apa yang dikatakan saudari Cristine S itu realitas sesungguhnya yang terjadi di Maluku ya seperti ini. Sehingga nggak salah kalau Maluku berada pada urutan 33 dari 33 propinsi, itu krn hasilnya memang seperti itu. Mau apa lagi? Yang ada sekarang bagaimana kita semua berpikir untuk bisa keluar dari keterpurukan ini. Papua saja bisa kenapa Maluku nggak bisa. Ingatlah Maluku salah satu propinsi yang telah ada semenjak Indonsia merdeka masa kalah bersaing sama yang muda
ReplyDelete