Sunday, April 22, 2012

Melanjutkan Mimpi Kartini

KAUM perempuan sejatinya adalah penopang utama dalam suatu bangunan negara. Layaknya tiang dalam suatu pondasi bangunan, dia harus kokoh dan solid guna menahan beban bangunan diatasnya. 


Lantaran itu tepat kiranya pendapat yang menyatakan bahwa, memberdayakan perempuan sejatinya otomatis bakal pula memperkuat fondasi suatu bangsa.

Cita-cita untuk meninggikan derajat dan partisipasi perempuan telah mulai digaungkan oleh sosok Raden Ajeng Kartini sejak 132 tahun yang lalu. 

Prihatin melihat mayoritas perempuan pribumi yang kala itu berada pada status sosial yang rendah, Kartini yang berasal dari keluarga priyayi menuliskan ide-ide dan gagasannya ke dalam sebuah buku .

Ide dan gagasan yang ditumpahkan dalam wujud tulisan-tulisan dibukunya tidak semata-mata pada soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial dan umum. Dirinya melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum.

Sebuah ide dan gagasan sederhana tersebut nampaknya telah menginspirasi jutaan kaum wanita Indonesia. Jika kartini masih hidup hingga saat ini, mungkin dirinya boleh sedikit berbangga.

Kini perempuan Indonesia tentu jauh lebih maju dibandingkan pada masa lampu. Telah banyak perempuan menjadi menteri, gubernur, walikota, dosen, pengusaha dan anggota DPR. Realitas ini tentu membanggakan.

"Perempuan Indonesia kini telah mengalami banyak kemajuan. Emansipasi boleh dinikmati, namun tetaplah meniru Kartini yang berkarakter Indonesia, bukan negara lain," pesan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, beberapa waktu lalu, di Jakarta.

Linda mengatakan, yang dimaksud dengan meniru tauladan kartini adalah, srikandi Indonesia boleh memiliki kekuasaan dan kedudukan setinggi apapun, tetapi mereka tetap tidak boleh mengabaikan keluarga.

"Permpuan yang memiliki karir tinggi juga harus tidak bersikap individual dan selalu peduli pada lingkungan, terutama perempuan lain yang masih tertinggal," pesan Linda.

Dia mencontohkan sosok Kartini yang meskipun berasal dari keluarga Ninggrat dan berpendidikan, tetapi sederhana dan berkarakter ke-Indonesia-an. Menurutnya, perjuangan Kartini bukan untuk menempatkan perempuan menjadi saingan laki-laki, tetapi keduanya bersinergi dalam memajukan Bangsa.

Belakangan, jumlah perempuan yang bekerja memang mengalami peningkatan signifikan. Data Badan Pusat Statitstik (BPS) 2007 mencatat, pekerja perempuan pada Februari 2007 bertambah 2,12 juta orang dibanding Februari 2006. Sedangkan jumlah pekerja laki-laki hanya bertambah 287 ribu orang. Umumnya pekerja wanita lebih banyak di sektor pertanian atau perdagangan.

Di samping faktor semakin terbukanya akses, semakin banyaknya kaum hawa untuk berkiprah di sektor publik, menurut Linda, juga disebabkan oleh karena sebagian besar perempuan sudah menyadari betapa pentingnya kesetaraan berpartisipasi dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan, yang disebabkan oleh kebutuhan dan kepentingan perempuan itu sendiri.

Oleh karena itu, membangun self empowerment dalam diri perempuan sangatlah penting.

Kendati kemajuan perempuan untuk berdaya di ranah publik semakin meningkat, namun sejatinya hasil tersebut masih belum maksimal.

No comments:

Post a Comment