Ilustrasi |
Jakarta: Ketertinggalan siswa Indonesia dalam bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) dinilai disebabkan metode pembelajaran yang kurang tepat. Untuk itu, langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merevisi kurikulum pada tahun ini diharap dapat memecah kebuntuan rendahnya kemampuan siswa Indonesia di bidang ini.
Psikolog LPT UI, Wita Mulyani, mengatakan bahwa adanya kurikulum baru yang akan diterapkan pada Juli mendatang ini dianggap dapat menjadi jalan keluar dari rendahnya kemampuan siswa Indonesia saat ini khususnya di bidang sains dan matematika. Pasalnya, kurikulum baru saat ini menggunakan sains sebagai penggerak dari pelajaran lain.
“Memang mungkin pelajar kita masih tertinggal dalam bidang STEM karena belum ada pembelajaran yang tepat agar siswa bisa berprestasi,” kata Wita saat diskusi tentang Pendidikan STEM di FX Lifestyle Center, Jakarta, Kamis (21/3/2013).
Untuk itu, ia menuturkan bahwa sebaiknya dalam kurikulum baru tidak hanya sekadar menjadikan sains sebagai penggerak. Namun mulai mencari cara agar anak-anak dapat berminat pada mata pelajaran yang selama ini selalu dianggap momok bagi mereka.
“Nggak cuma metodenya, minatnya sendiri dari si anak terkadang kurang karena sudah menganggap sains dan matematika itu sulit,” jelas Wita.
Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar memberi pembekalan guru yang intensif dalam mengembangkan metode pengajaran kurikulum baru sehingga target yang ingin dicapai untuk meningkatkan prestasi anak-anak dalam bidang sains dapat terpenuhi.
“Jadi dalam pembekalan tersebut harusnya dipaparkan juga cara-cara agar guru dapat mengajar dengan menyenangkan,” tandasnya.
No comments:
Post a Comment