"Anak yang menderita obesitas biasanya memiliki orangtua yang obesitas pula. Jika salah satu orangtua menderita obesitas, maka 40 persen kemungkinan anaknya akan menderita obesitas, sedangkan jika kedua orangtua menderita obesitas, maka risikonya meningkat menjadi 70 persen,"
PENELITIAN di berbagai negara membuktikan bahwa tren obesitas pada anak saat ini meningkat secara signifikan. Fenomena ini sangat mengkhawatirkan mengingat obesitas di usia dini dapat memicu timbulnya berbagai penyakit serius di masa depan.
Prof. W. Philip T. James, M.D., Ph.D., guru besar nutrisi di London School of Hygiene yang juga merupakan Ketua International Association for the Study of Obesity dan anggota dewan penasihat nutrisi PBB (FAO dan WHO) mengatakan tren kelebihan nutrisi, baik kelebihan berat badan maupun obesitas pada anak tengah menjadi perhatian di dunia internasional.
“Masalah ini awalnya dianggap hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi, namun pada kenyataannya jumlah anak dengan masalah kelebihan berat badan dan obesitas ini sekarang semakin meningkat di negara berpendapatan rendah dan menengah, khususnya di perkotaan,” kata Prof James dalam diskusi Nutritalk yang diselenggarakan di Jakarta, baru-baru ini.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pada 2010, sekitar 43 juta anak di bawah umur lima tahun mengalami kelebihan berat badan. Hampir 35 juta anak-anak kelebihan berat badan tinggal di negara berkembang dan 8 juta lainnya di negara maju.
Indonesia sebagai negara berkembang juga dihadapkan dengan persoalan beban ganda (double burden), di satu sisi masalah anak kurang nutrisi masih banyak terjadi namun di sisi lain jumlah anak dengan obesitas juga kian meningkat.
Lebih jauh mengenai obesitas anak, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif SpA (K), spesialias anak dari RSCM mengatakan pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi obesitas, yang pertama adalah faktor genetik.
"Anak yang menderita obesitas biasanya memiliki orangtua yang obesitas pula. Jika salah satu orangtua menderita obesitas, maka 40 persen kemungkinan anaknya akan menderita obesitas, sedangkan jika kedua orangtua menderita obesitas, maka risikonya meningkat menjadi 70 persen," terang Damayanti.
Sedangkan faktor yang kedua adalah lingkungan, hal ini berkaitan dengan tingkat metabolisme tubuh anak, aktivitas fisik, budaya dan asupan makanannya.
Di Indonesia, anak-anak yang hidup di perkotaan masih memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung energi dan lemak tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan jajan serta ketersediaan dan keterjangkauan makanan yang kurang sehat.
“Oleh karena itu, dalam upaya intervensi obesitas pada anak, diperlukan penerapan kebiasaan makan bernutrisi dan beraktivitas sehat dengan orangtua sebagai panutan,” lanjut Damayanti.
Obesitas merupakan salah satu penyebab risiko kematian dini. Beberapa risiko penyakit yang timbul akibat obesitas di usia muda antara lain seperti penyakit jantung, kanker prostat, kanker payudara, kelainan kehamilan, dan lainnya.
“Pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui pemberian asupan nutrisi yang baik dan tepat sejak usia kanak-kanak,” tandas Damayanti. (go4/Wrt3)
Sumber : http://metrotv.news.com
No comments:
Post a Comment