“Wakatobi tidak bisa meniru budaya, logat daerah lain. Wakatobi harus tetap dengan budayannya sendiri. Jika Wakatobi meniru budaya dan logat daerah lain maka Wakatobi sangat jelas lebih rendah dari daerah yang ditiru,” terang Hugua.
Keunikan yang dimaksudkan Bupati dua periode tersebut yakni Wakatobi tidak bisa meniru budaya, logat dari daerah lain. Jika meniru budaya daerah lain, maka secara langsung budaya Wakatobi yang diwarisi sejak para leluhur akan lebih rendah dari daerah yang ditiru.
“Wakatobi tidak bisa meniru budaya, logat daerah lain. Wakatobi harus tetap dengan budayannya sendiri. Jika Wakatobi meniru budaya dan logat daerah lain maka Wakatobi sangat jelas lebih rendah dari daerah yang ditiru,” terang Hugua.
Menurutnya, meskipun Wakatobi secara geografis berada dalam wilayah Buton (Kesultanan Buton, red), namun Wakatobi bukan berarti masuk etnis Buton. Wakatobi tetap memiliki etnis tersendiri yakni etnis Wakatobi. Dan itu sangat beralasan karena bahasa Buton dan Bahasa daerah Wakatobi tidak ada kesamaan.
“Wakatobi punya etnis tersendiri. Wakatobi hanya bagian dari kerajaan Buton tapi etnis beda. Pasalnya, bahasa daerah Wakatobi tidak ada yang sama dengan bahasa Buton,” katanya. Untuk itu kata Hugua, Wakatobi agar tetap memiliki eksistensi tersendiri maka Wakatobi tidak akan mengadopsi budaya daerah lainnya. Wakatobi kata dia, memiliki budaya yang tidak dimiliki daerah lainnya.“Wakatobi memiliki kekuatan laut yang tidak bisa terpental,” tukasnya.(ian)
No comments:
Post a Comment