Ilustrasi |
Bukan rahasia lagi kalau dunia pendidikan kita sangat buram, potret manusia pendidikan kita menjadi buruk, lihat apa yang terjadi dengan kasus tawuran anak SMA 70 dan 6 semesetinya kita tidak kecolongan akan kejadian itu, para guru seolah-olah hanya pasrah dan hanya tugas mengajar lalu selesai.
Dunia pendidikan adalah dunia di mana kita belajar mengenal lingkungan di sekitar, kita mengkritisi Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pada tempatnya. Kalau hanya budaya kekerasan yang di tonjolkan dalam menangani permasalahan. Maka habislah riwayat dunia pendidikan kita. Bukan kali ini saja terjadi coreng moreng dunia kekerasan dalam dunia pendidikan kita. Kekerasan kerap terjadi dari masalah bully sampai kegiatan ospek pun sering terjadinya kekerasan.
Dunia pendidikan kita seperti frustrasi menangani semua masalah yang ada dalam lingkungan sekitar akibatnya rasa frustrasilah yang di tonjolkan. Gaya anak-anak muda yang sedang dalam masa perkembangan. Membutuhkan emosi yang kreatif untuk menyalurkan identitas-identitasnya sendiri. Dunia pendidikan bukan hanya sebagai sarana belajar mengajar. Tetapi dunia pendidikan di butuhkan sebagai solusi untuk memecahkan masalah.
Kenakalan dunia remaja bukan kali ini saja terjadi, tradisi kekerasan ini sudah berlangsung bertahun-tahun karena kita tidak pernah menganggap serius masalah ini, akhirnya kejadian-kejadian itu mesti sering terjadi selama bertahun-tahun. Apakah dengan adanya proses damai sementara dengan mempertemukan kedua belah pihak yang bertikai akan menghentikan kekerasan yang sering terjadi..?
Dunia pendidikan kita hanya menekankan pada kecerdasan kognitif, seorang siswa tidak di tekankan pendidikan secara emosi akan mengakibatkan mereka menjadi labil, rasa frustrasi,marah dan hubungan yang tidak harmonis dengan lingkungan disekitarnya akan memicu masalah kekerasan baru. Orang lebih mudah emosi dengan hanya masalah-masalah sepele.
Kekerasan bukan merupakan budaya, kekerasan hanya akibat emosi yang timbul dan tidak mempunyai solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Para pendidik harusnya cukup jeli melihat kondisi anak didiknya. Kalau para orang tua dan guru. Mampu menampung aspirasi emosi anak-anak muda ini, dengan secara bijak dan tepat mungkin tidak mungkin “kekerasan tidak akan terulang lagi” dan tidak ada lagi seorang anak yang tewas sia-sia karena salah sasaran.
Kekerasan juga bukan menjadi monopoli anak-anak muda dewasa ini. Lihatlah bagaimana para intelektual muda yang jalan pikiranya cukup rasional sering melakukan demikian, kekerasan bukan jalan mencari identitas baru. Kekerasan hanya akan melahirkan perasaan dendam dan kebencian diantara mereka yang bertikai.
Sumber : http://bagussajiwo.blogdetik.com
No comments:
Post a Comment