Ambon : Bertempat di gedung Islamic Centre Ambon pada Rabu (13/12) pagi diselenggarakan Seminar Nasional yang membahas tentang upaya menciptakan kerukunan beragama di Maluku.
Acara yang dihelat oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku ini mengangkat tema : Melalui Seminar Nasional Kita Ciptakan Kerukunan dan Harmonisasi Kehidupan Beragama di Maluku.
Peserta seminar terdiri dari berbagai unsur masyarakat dan lintas agama di provinsi Maluku dan bahkan dari luar Maluku yang berjumlah ribuan peserta.
Seminar ini dipandu langsung oleh tokoh budaya Maluku, Dr. M. Nur Tawainela dan menghadirkan pemateri Jenderal H. Djoko Santoso (mantan Panglima TNI) dan Pdt. Jhon Ruhulesin (Ketua GPM Maluku).
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, Dr. H. M. Atamimi, M.Ag, yang membuka kegiatan ini. Dalam laporannya mengatakan tujuan dari diselenggarakannya kegiatan ini dalam rangka terwujudnya kerukunan antar umat beragama di Maluku, terutama dalam memahami ajaran agama dan taat terhadap pelaksanaannya guna terbentuknya keutuhan hidup berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, Jenderal (Purn) H. Djoko Santoso dalam ulasan materinya menjelaskan pentingnya menjaga nilai-nilai kerukunan antar umat beragama. Menurutnya rukun itu merupakan kunci dari kesejahteraan.
Selain itu, mantan panglima TNI ini juga menekankan pada upaya revitalisasi nilai-nilai keagamaan sebagai bentuk dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang terbingkai dalam empat pilar kebangsaan. Dimana pancasila sebagai salah satu pilar kebangsaan merupakan karakter jati diri bangsa kita.
Kata Santoso, unsur dari karakter itu sangat vital yang ditunjukan dengan tata cara penyelesaian masalah dilakukan dengan musyawarah. Kepribadian lain bangsa ini yang sangat fundament adalah budaya solidaritas, gotong royong dan budaya toleransi. Khusus budaya toleransi, kata ia kadar toleransi dalam kehidupan berbangsa kita cukup rendah, nilai-nilainya sudah mulai terkikis di kehidupan masyarakat, hal ini ditandai dengan trendnya konflik sosial akhir-akhir ini.
Sedangkan Ketua GPM Maluku, Pdt. Jhon Ruhulesin dalam materinya lebih menekankan pada kondisi pluralisme di Indonesia dan Maluku.
Ia menjelaskan, kemajemukan bangsa ini ditunjukan dengan nilai-nilai Pluralisme sebagai fakta sosial, bukan sebagai gejala sosial. Sebagai bentuk kemajemukan bangsa, dalam konteks Maluku ada nilai-nilai persaudaraan yang merupakan tradisi yang mengikat kerukunan antar basudara di Maluku.
Kata ia, kesadaran hidup orang Maluku sudah terbentuk. Maluku sendiri menurutnya merupakan sebuah nama yang sangat sakral. Hal ini ditandai dengan tidak adanya desakan untuk mengganti nama Maluku. Meski hidup berjauh-jauhan, perilaku kehidupan masyarakat Maluku selalu menjunjung nilai persaudaraan atas nama Maluku. Ini bukti kesakralan yang membentuk kesadaran politik masyarakat Maluku.
Sumber : http://www.moluken.com telah diedit.
No comments:
Post a Comment